Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi pengetahuan mengenai permasalahan pendidikan dan penanggulangannya. Untuk filenya dapat di download di bawah ini.
Permasalahan Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
I. PERMASALAHAN PENDIDIKAN
DAN PENANGGULAGANNYA
Sistem pendidikan menjadi bagian yang
tak terpisahkan dari kehidupan sosial budaya masyarakat sebagai supra-sistem.
Pembangunan sistem pendidikan tidak memiliki arti apa-apa, jika tidak sinkron
dengan pembangunan nasional. Kaitan yang erat antara bidang pendidikan sebagai
sistem dengan sistem dengan sistem sosial. Budaya sebagai supra-sistem
tersebut, dimana sistem pendidikan bagiannya, menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga
permasalah interen sistem pendidikan itu menjadi sangat kompleks. Artinya suatu
permasalah interen dalam sistem pendidikan selalu ada kaitannya dengan
masalah-masalah di luar sistem pendidikan. Misalnya masalah mutu hasil belajar
suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosial budaya dan dan ekonomi
masyarakat disekitarnya, dari mana murid sekolah tersebut berasal, serta masih
banyak lagi faktor-faktor lainnya di luar sistem persekolahan yang berkaitan
dengan mutu hasil belajar.
Pada dasarnya ada dua masalah pokok
yang dihadapi oleh dunia pendidikan di tanah air kita dewasa ini, yakni :
a. Bagaimana semua
warga negara dapat menikmati kesempatan pendidikan,
b. Bagaimana pendidikan
dapat membekali peserta didik keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun
ke dalam kancah kehidupan masyarakat.
Yang pertama mengenai masalah
pemerataan dan yang kedua adalah masalah mutu , relevansi dan juga efisiensi
pendidikan.
A. JENIS
PERMASALAHAN POKOK PENDIDIKAN
Masalah
pokok pendidikan yang telah menjadi keepakatan nasional yang perlu
diprioroitaskan penanggulangannya. Masalah yang dimaksud itu, adalah :
1.
Masalah pemerataan pendidikan
2.
Masalah mutu pendidikan
3.
Masalah efisiensi pendidikan
4.
Masalah relevansi pendidikan.
1. MASALAH PEMERATAAM PENDIDIKAN
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai
wahana untuk memajukan bangsa dan kebudayaan nasional , pendidikan diharapkan
dapat menyediakan kesempatan yang seluas – luasnya bagi seluruh warga negara
Indonesia untuk memperoleh pendidikan.Masalah pemerataan pendidikan adalah
masalah bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas –
luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga
pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumberdaya manusia untuk
menunjang pembangunan.
Masalah pemerataan pendidikan timbul
apabila masih banyak warga negara, khususnya usia anak sekolah tidak dapat
ditampung di dalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas
pendidikan yang tersedia.
Masalah pemerataan pendidikan di
pandang penting karena jika anak-anak usia sekolah memperoleh kesempatan
belajar pada SD, maka mereka memiliki bekal dasar berupa kemampuan membaca,
menulis dan berhitung, sehingga mereka dapat mengikuti perkembangan kemajuan
melalui berbagai media massa dan sumber belajar yang tersedia, baik mereka itu
nantinya berperan sebagai produsen maupun konsumen. Dengan demikian mereka
tidak terbelakang dan menjadi penghambat derap pembangunan.
A.
Pemecahan Permasalahan Pemerataan Pendidikan
Banyak macam
masalah yang telah dan sedang dilaksanakan oleh pemerintah untuk meningkatkan
pemerataan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, langkah –
langkah ditempuh melalui cara konvensional dan cara inovatif.
Cara konvensional,
antara lain :
a.
Membangun gedung sekolah, seperti SD inpres dan atau ruang belajar,
b.
Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian).
Sehubungan dengan itu yang perlu
digalakkan, utamanya untuk pendidikan dasar adalah membangkitkan kemauan
belajar bagi masyarakat/keluarga yang kurang mampu agar mau menyekolahkan
anaknya.
Cara inovatif,
antara lain :
a.
Sistem pamong (pendidikan oleh masyarakat, orangtua dan guru) atau INPACT
(instructional management by parent, community and Teacher).Sistem tersebut
dirintis di Solo dan didesiminasikan ke beberapa provinsi.
b. SD
kecil pada daerah terpencil,
c.
Sistem Guru Kunjung,
d. SMP
Terbuka ( ISOSA-In School out of School Aproach ),
e.
Kejar paket A dan B,
f.
Belajar Jarak jauh seperti Universitas terbuka.
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika
hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti yang diharapkan, penetapan mutu
hasil pendidikan, penetapan dilakukan oleh lembaga penghasil luaran, dengan
sistem setifikasi. Selanjutnya jika luaran tersebut terjun ke lapangan kerja
penilaian dilakukan oleh lembaga
pemakai, sebagai konsumen tenaga kerja dengan sistem tes untuk kerja ( performance test ).
Lazimnya sesudah itu masih dilakukan pelatihan/pemagangan baik calon untuk
penyesuaian dengan tuntutan persyaratan kerja di lapangan.
Jadi mutu pendidikan pada akhirnya
dilihat pada kwalitas luarannya. Jika tujuan oendidikan nasional dijadikan
kriteria, maka pertanyaannya adalah: apakah luaran dari satu sistem pendidikan
menjadi pribadi yang bertaqwa, mandiri dan berkarya, anggota masyarakat yang
sosial dan bertanggung jawab, warga negara yang cinta tanah air dan memiliki
rasa kesetiakawanan sosial.
Dengan kata lain apakah luaran itu mewujudkan
diri sebagai manusia pembangunanyang
dapat membangun dirinya dan membangun lingkungannya. Kwalitas luaran seperti
itu, disebut Nurturant effect. Meskipun disadari bahwa pada hakekatnya produk dengan ciri-ciri
seperti itu tidak semata-mata hasil dari sistem pendidikan sendiri. Tetapi jika
terdapat produk seperti itu sistem
pendidikan dianggap mempunyai andil yang cukup, yang tetap menjadi persoalan
adalah bahwa cara pengukuran mutu produk tidak mudah. Berhubung dengan sulitnya
pengukuran terhadap produk tersebut, maka jika orang berbicara tentang mutu
pendidikan, umumnya hanya mengasosiasikan dengan hasil belajar yang dikenal
sebagai EBTA, EBTANAS, UAS, SIPENMARU, karena ini yang mudah diukur. Hasil
ujian tersebut itu dipandang sebagai gambaran tentang hasil pendidikan.
Padahal hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui
proses belajar yang bermutu. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan
terjadinya hasil belajar yang bermutu. Jika terjadi belajar yang tidak optimal
akan menghasilkan skor ujian yang baik, maka hampir dapat dipastikan bahwa
hasil belajar tersebut adalah semu. Ini berarti bahwa pokok permasalahan mutu
pendidikan lebih terletak pada masa pemrosesan pendidikan. Selanjutnya
kelancaran pemrosesan pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan yang
terdiri peserta didik, tenaga kependidikan,
kurikulum, sarana pembelajaran, bahkan juga masyarakat sekitar.
Seberapa besar dukungan tersebut
diberikan oleh komponen pendidikan, sangat bergantung pada kualitas komponen dan kerjasama serta mobilitas komponen yang
mengarah kepada pencapaian tujuan. Sebagai misal komponen sarana pembelajaran
lengkap, tetapi tidak didukung oleh guru-guru yang terampil, maka sumbangan
sarana tersebut pada pencapaian tujuan tidak akan optimal. Tentang hal ini
sudah dipaparkan secukupnya pada butir terdahulu, yaitu pada sistim pendidikan.
Mas lah mutu pendidikan juga mencakup
masalah pemerataan mutu. Di dalam TAP MPR 1988 tentang GBHN, dinyatakan bahwa
titik berat pembangunan pendidikan diletakkan pada penimgkatan mutu setiap
jenjang dan jenis pendidikan, sedangkan dalam rangka penimgkatan mutu
pendidikan khususnya untuk memacu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,
perlu lebih disempurnakan dan ditingktkan pengajaran ilmu pengetahuan alam dan
matematika,(BP-7, 1989). Umumnya kondisi mutu pendidikan di seluruh pelosok
tanah air (kota/desa) mengalami peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan
situasi dan kondisinya masing-masing.
B. Pemecahan Pemerataan Mutu Pendidikan
Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis
besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia,
dan manajemen, sebagai berikut :
1.
Seleksi yang lebih raional terhadap masakan mentah, khususnya SLTA dan PT.
2.
Pengembang kemampuan tenaga kependidikan
melalui study lanjut.Latihan, penataran,seminar, kegiatan-kegiatan
kelompok, studi seperti PKG dan lain-lain.
3.
Penyempurnaan kurikulum (materi yang esensial) dan mengandung muatan lokal,
metode yang menantang dan menggairahkan belajar,evaluasi yang beracuan PAP
4.
Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tentram untuk belajar,
penyempurnaan sarana belajar ,seperti buku paket, media pembelajaran dan
peralatan laboratorim,
5.
Peningkatan administrasi manajemen khususnya mengenai anggaran
6.
Kegiatan pengendalian mutu berupa kegiatan-kegiatan :
a.
Laporan penyelenggaraan pendidikan oleh semua lembaga pendidikan,
b.
Supervisi dan monitoring pendidikan oleh pemilik dan pengawas.
c.
Sistem ujian nasional /negara seperti UAN, EBTANAS, SIPENMARU.
d.
Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk menetapkan status suatu lembaga.
2. MASALAH EFISIENSI PENDIDIKAN
Masalah efisiensi pendidikan
mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan mendayagunakan sumber daya yang
ada untuk mencapai tujuan pendidkan. Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang
penting,adalah:
a. Masalah efisiensi dalam memungsikan
tenaga
Masalah ini
meliputi pengangkatan, penempatan dan pengembangan tenaga. Masalah pengangkatan
terletak pada kesenjangan antara stock tenaga yang tersedia dengan jatah
pengangkatan yang terbatas. Pada masa 5 tahun terakhir ini, jatah pengangkatan
setiap tahunnya sekitar 20% dari kebutuhan tenaga di lapangan. Sedangkan
persediaan tenaga yang setiap diangkat lebih besar dari pada kebtuhan
dilapangan. Dengan demikian berarti lebihdari 80% tenaga tersedia tidak
difungsikan. Masalah pengembangan tenaga kependidikan di lapangan biasanya
terlambat, khususnya pada saat menyongsong hadirnya kurikulum baru.
b. Masalah efisiensi dalam penggunaan sarana
dan prasarana
Penggunaan
sarana dan prasarana pendidikan yang tidak efisiensi bisa terjadi antara lain
sebagai akibat kurang matangnya perencanaan dan juga karena perubahan
kurikulum. Perubahan sering membawa akibat tidak dipakainyalagi buku siswa
pegangan guru beserta perangkat lainnya, karena harus diganti dengan buku-buku
yang baru. Misalnya perubahan kurikulum 1975/1976 digantikan dengan kurikulum
1984 bahkan sementara buku baru belum rampung disiapkan, kurikulum sudah
berubah lagi yaitu dengan munculnya kurikulum 1994.sebab bagaimana pun juga
pembaharuan kurikulum merupakan tindakan antisipasi terhadap pemberian bekal
bagi calon iuran sesuai dengan tuntunan zaman.
3. MASALAH RELEVANSI PENDIDIKAN
Masalah relevansi pendidikan mencakup
sejauh mana sistem pendidikan dapatmenghasilkan iuran sesuai dengan kebutuhan
pembangunan, yaitu masalah-masalah seperti digambarkan dalam rumusan tujuan
pendidikan nasional.
Iuran pendidikan diharapkan dapat
mengisi semua sektor pembangunan yang beraneka ragam sektor produksi, sektor
jasa dll. Baik dari segi jumlah maupun segi kualitas. Kriteria relevansi
seperti yang dinyatakan tersebut cukup ideal jika dikaitkan dengan kondisi
sistem tersebut pendidikan pada umumnya dan gambaran tentang pekerjaan yang ada
antara lain, sebagai berikut:
1. Status
lembaga pendidikan sendiri masih bermacam-macam kualitasnya,
2. Sistem
pendidikan tidak pernah menghasilkan iuran siap pakai, yang ada adalah siap
kembang/latih.
3. Peta
kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratan yang dapat digunakan sebagai pedoman
oleh lembaga-lembaga pendidikan untuk menyusun program tidak tersedia.
II. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERKEMBANGNYA MASALAH PENDIDIKAN
Permasalahan
pokok pendidikan sebagaimana telah diutarakan pada butir B dan C di atas
merupakan masalah pembangunan mikro, yaitu masalah-masalah yang berlangsung
didalam sistem pendidikan sendiri. Masalah makro berupa antara lain masalah
perkembangan internasional, masalah demografi, masalah politik, ekonomi,sosial
budaya, masalah perkembangan regional.
Uraian
selanjutnya akan mengemukakan masalah-masalah makro yang merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan masalah pendidikan, yaitu:
a. Perkembangan iptek
Terdapat
hubungan erat antara pendidikan dengan iptek. Ilmu pengetahuan merupakan hasil
eksploitasi sacera sistematis dan terorganisir mengenai alam semesta, dan
teknologi adalah penerapan yang direncanakan dari ilmu pengetahuan untuk
memenuhi hidup masyarakat. Suatu teknologi baru digunkan dalam suatu proses
produksi menimbulkan kondisi ekonomi sosial baru lantaran perubahan persyaratan
kerja atau jam kerja,kebutuhan bahan-bahan baru, sistem pelayanan baru, sampai
berkembangnya gaya hidup yang baru. Semua perubahan tersebut tentu membawa
masalah dalam skala nasional yang tidak sedikit memakan biaya. Hal ini sudah
disinggung dalam butir 3 masalah efisiensi pendidikan tentang perubahan
kurikulum.
b. Perkembangan Seni
Kesenian adalah
merupkan aktivitas berkreasi manusia secara individual atau kelompok
menghasilkan sesuatu yang indah,Barksenian mejadi kebutuhan hidup manusia.
Melalui kesenian manusia dapat menyalurkan dorongan berkreasi( mencipta) yang
bersifat orisinal (bukan tiruan) dan dorongan spontanitas dalam menemukan
keindahan. Seni membutuhkan pengembangan.
Dilihat dari
segi tujuan pendidikan yaitu terbentuknya manusia seutuhnya, aktivitas kesenian
mempunyai adil yang besar, karena dapat
mengisi pengembangan domain afektif khususnya emosi yang positif dan konstruktif serta keterampilan disamping
domain kongnitif yang sudah digarap melalui program/bidang studi lain.
Dilihat dari
lapangan kerja, dewasa ini dunia seni dengan segenap cabangnya telah mengalami
perkembangan pesat dan semakin mendapat tempat dalam kehidupan masyarakat.
1. Laju Pertumbuhan Penduduk.
Masalah kependudukan dan kependidikan bersumber pada dua
hal, yaitu :
a. Pertambahan penduduk.
Pertambahan penduduk gambarannya sebagai berikut:
Dari sekarang
hingga abad XXI, terus menerus akan terjadi pertambahan penduduk, meskipun
gerakan keluaga berencana beberapa waktu yang lalu berhasil. Sebapnya karena
kematian menurun lebih cepat (45%) dari turunnya tingkat kelahiran(35%). Hal
tersebut juga mengakibatkan berubahnya susunan umur penduduk. Dengan
bertambahnya jumlah penduduk, maka penyeddian sarana dan prasarana pendidikan
beserta komponen penunjang terselenggaranya pendidikan harus ditambah.
Dan ini berarti beban pembangunan nasional menjadi bertambah. Pertambahan
penduduk yang dibarengi dengan meningkatnya usia rata-rata,b penurunan angka
kematian, mengakibatkan berubahnya strutur kependudukan, yaitu propinsi penduduk
usia lanjut,angkatan kerja, dan penduduk usia tua meningkat berkat kemajuan
dibidang gizi dan kesehatan.
b. Penyebaran Penduduk.
Penyebaran
penduduk diseluruh pelosok tanah air tidak merata.Ada daerah yang padat
penduduk terutama di kota-kota besar dan daerah yang penduduknya jarang, yaitu
didaerah pedalaman kh ususnya didaerah terpencil yang berlokasi pegunungan dan
pulau-pulau. Sebaran penduduk ini
menimbulkan kesulitan dalam penyediaan sarana pendidikan. Sebagai contoh
adalah dibangunnya SD kecil untuk melayani kebutuhan akan pendidikan didaerah
terpencil pada pelita V, disamping SD yang reguler. Belum lagi kesulitan dalam
penempatan guru. Peristiwa ini menimbulkan pola yang dinamis dan labil yang
lebih menyulitkan perencanaan penyediaan saran pendidikan.
2. Aspirasi masyarakat
Dalam dua
dasawarsa terakhir ini aspirasi masyarakat dalam banyak hal meningkat khususnya
aspirasi terhadap pendidikan. Orang mulai meihat bahwa untuk hidup yang lebih
layak dan sehat harus ada pekerjaan tetap yang menopang, dan pendidikan memberi
jaminan untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan menetap itu. Sebagain akibat
dari meningkatnya aspirasi terhadap pendidikan itu maka orangtua mendorong
anaknya memperoleh pekerjaan yang lebih baik daripada orangtuanya sendiri.
Sehingga gejala yang timbul yaitu membanjirnya pelamr pada sekolah-sekolah.
Arus pelajar menjadi meningkat. Di
kota-kota disamping pendidikan formalmulai bermunculan beraneka ragam
pendidikan non-formal. Namun demikian tidak berarti bahwa aspirasi terhadap
pendidikn harus diredam, justru sebaliknya harus tetap dibangkitkan dan
ditingkatkan, utamanya pada masyarakat yang belum maju dan masyarakat diderah
terpencil, sebab aspirasi menjadi motor penggeak roda kemaj