Selasa, 09 Juni 2015

PPT INTERAKTIF PUASA

hello my friend saya akan berbagi materi tentang puasa dengan menggunakan ppt interaktif yang berjudul puasa yang menarik untuk yang berminat silahkan download disini 
download disini

Selasa, 12 Mei 2015

Materi Tentang Maf'ul Muthlaq

MAF'UL MUTHLAQ
(المَفْعُوْلُ المُطْلَقُ)

A.    Pengertian Maf’ul Muthlaq
Maf’ul Muthlaq adalah kalimat isim yang terbaca nashob yang berada pada urutan yang ketiga dari tashrifannya fi’il.
Contoh :
ضَرَبَ  يَضْرِبُ  ضَرْبًا, أكْرَمَ  يُكْرِمُ إكْرَامًا,
Dari definisi maf’ul muthlaq tersebut member kepahaman bahwa :
1.      Maf’ul muthlaq berupa kalimat isim
2.      Dibaca nashob dan dinashobkan oleh amil. Adapun amil yang menashobkan maf’ul muthlaq ada kalanya :
a.       Fi’il taam yang mutashorrif  (maksudnya bukan fi’il naqhis dan fi’il jamid )
ضَرَبْتُ زَيْدًا ضَرْبَتَيْنِ
Aku memukul Zaid dengan dua kali pukulan
b.      Mashdar
عَحِبْتُ مِنْ ضَرْبِكَ ضَرْبًا  شَدِيْدًا
Aku kagum atas pukuanmu yang keras
c.       Isim sifat
أانَا ضَارِبُ زَيْدٍ ضرْبَ أبِيْهِ
3.      Maf’ul muthlaq terbuat dari mashdar yang merupakan urutan ketiga dari tashrifnya fi’il.

Maf'ul Mutlaq adalah isim manshub yang disebutkan untuk 3 keadaan:
  • Untuk menegaskan suatu perbuatan
  • Untuk menjelaskan bilangan perbuatan
  • Untuk menjelaskan jenis/sifat perbuatan
1.      Contoh sebagai penegas perbuatan
حَفِظْتُ الدَّرْسَ حِفْظًا
“ Aku telah menghafal pelajaran itu dengan sebenar-benarnya hafal
Kata حِفْظًا merupakan isim manshub dengan fathah karena isim mufrod, sebagai maf'ul mutlaq.  Kata tersebut berfungsi untuk menegaskan perbuatan. Jika dilihat dari bentuk katanya, maf’ul mutlaq merupakan isim yang berasal dari lafad fi’ilnya, dalam ilmu shorof dinamakan isim masdar. Sehingga untuk membuat maf’ul bih suatu fi’il, dengan cara mengubah fi’il tersebut menjadi isim masdar.
Contoh lain yang menunjukkan penegas perbuatan :
(Saya menghapal pelajaran dengan sesungguhnya)  حَفِظْتُ الدَّرْسَ حِفْظاً
 (Dhorobtu dhorban syadiidan = Saya memukulnya dengan pukulan keras)  ضربْتُ ضرباً شديداً
(Akaltu aklan katsiiron = Saya makan dengan makan yang banyak) أكلْتُ أكْلاً كثيراً

2.      Contoh untuk menjelaskan bilangan
ضَرَبْتُهُ ضَرْبَةً  
“ Aku memukulnya dengan satu kali pukulan “
Kata ضَرْبَةً merupakan isim manshub dengan fathah, karena isim mufrod, sebagai maf'ul mutlaq. Pada kalimat ini, maf’ul mutlaq berfungsi sebagai penjelas bilangan dari perbuatan. Jika kita belajar ilmu shorof, kita akan temukan bentuk isim masdar yang lebih dari satu, seperti halnya pada contoh di atas.
Kata ضرب  dapat mempunyai isim masdar yang lebih dari satu, dan penggunaannya bermacam-macam, ada yang untuk sebagai penjelas perbuatan atau untuk menjelaskan bilangan, sehingga untuk dapat membentuk suatu kalimat yang mempunyai maf’ul mutlaq, maka perlu adanya pengetahuan tentang bentuk-bentuk isim masdar dari suatu fi’il.
Contoh lain yang menjelaskan bilangan :
 (Saya memukul anjing sebanyak tiga kali) = ضَرَبْتُ الكَلْبَ ثَلاَثَ ضَرَبَاتٍ
 (Dhorodtuhu dhorbatan ) = Saya memukulnya satu kali pukulan)  ضربْتُ ضربةً
 (Akaltu aklatan= Saya makan satu kali suap) = أكلْتُ أكلَةً

3.      Contoh untuk menjelaskan jenis/sifat
مَنْ خَرَجَ مِنْ السُّلْطَانِ شِبْرًا مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً
"Barang siapa yang keluar dari ketaatan Sulthon sejengkal saja, kemudian ia mati,maka seperti kematian jahiliyah".
Pada kalimat di atas terdapat kata مِيتَةً dalam keadaan manshub. Kata tersebut merupakan maf’ul bih karena berfungsi sebagai penjelas jenis dari fi’il yang dipakai yakni مَاتَ. Pada kondisi ini, maf’ul bih harus diikuti oleh na’at. Sehingga maf’ul bih yang berfungsi untuk menjelaskan jenis/sifat fi’il harus diikuti oleh na’at/sifat atau disandarkan ke isim yang lainnya.
Contoh lain : ( Saya duduk laksana duduknya para ulama) =
 جَلَسْتُ جِلْسَةَ العُلَمآءِ




Untuk mempermudah pemahaman, perhatikan tabel berikut

لِتَأْكِيْدِ الْفِعْلِ
Untuk penegas perbuatan
لِبَيَانِ  عَدَدِهِ
Untuk menjelaskann bilangan
لِبَيَانِ نَوْعِهِ
Untuk menjelaskan jenis/sifat
ضَرَبْتُ ضَرْبًا
Aku benar-benar memukul
ضَرَبْتُ ضَرْبَةً
Aku memukul dengan satu pukulan
ضَرَبْتُ ضَرْبًا شَدِيْدًا
Aku memukul dengan pukulan yang keras
شَرِبْتُ شُرْبًا
Aku benar-benar meminum
شَرِبْتُ شُرْبَةً
Aku meminum dengan satu kali tegukan
جَلَسْتُ جُلُوْسَ الْعُلَمَاءِ
Aku duduk seperti duduknya ulama

B.     Macam-macam Maf’ul Muthlaq
Masdar yang menjadi maf’ul muthlaq ada dua yaitu :
a.      Masdar Lafdzi
Yaitu apabila lafadznya masdar cocok dengan lafadznya fi’il.
Contoh :  قَتَلْتُهُ قَتْلاً saya membunuh Zaid dengan sesungguhnya.
Lafadz قَتْلاً merupakan masdar yang menjadi maf’ul muthlaq, lafadznya sesuai dengan lafadz fi’ilnya yaitu قَتَلَ , maka dinamakan masdar lafdzi.
b.    Masdar Maknawi
Yaitu apabila masdar cocok dengan maknanya fi’il, namun tidak cocok dalam lafadznya.
Contoh :
جَلَسْتُ قُعُوْدًا saya duduk dengan sesungguhnya
قُمْتُ وُقُوْفًا  saya berdiri dengan sesungguhnya
Masdar قُعُوْدًا yang menjadi maf’ul muthlaq, maknanya sama dengan maknanya fi’ilnya, lafadz جَلَسْتُ (maknanya duduk), namun tidak sama dalam lafadznya, begitu juga dengan lafadz وُقُوْفًا dengan قُمْتُ, oleh karena itu dinamakan masdar maknawi.

C.    Hukum Maf’ul Mutlaq
Hukum maf’ul mutlaq ada 3 :
1.   Wajib dibaca nashob, contoh : رأيتُهُ مُسرعاً إسراعاً عظيماً
2.   Wajib jatuh setelah amilnya jika untuk menguatkan. Apabila untuk menjelaskan jenis atau bilangannya maka boleh jatuh setelah atau sebelumnya. Contoh : اجتهدتَ اجتهاداً حسَناً
3.   Amil Maf’ul Mutlaq boleh dibuang, jika maf’ul mutlaq tersebut menjelaskan jenis atau bilangannya dan juga ada qorinah yang menunjukkan amil tersebut. Dalam artian menjadi jawaban dari sebuah pertanyaan. Contoh : اجتهاداً حسَناً
Kata اجتهاداً حسَناً  adalah jawaban daripertanyaan كيف اجتهدت


A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Maf’ul Muthlaq adalah kalimat isim yang terbaca nashob yang berada pada urutan yang ketiga dari tashrifannya fi’il.  
Maf’ul muthlaq ialah untuk menunjukkan 3 hal yaitu :
1.   Untuk menegaskan suatu perbuatan  ( ضربْتُ ضرباً شديداً)
2.   Untuk menjelaskan bilangan perbuatan (ضَرَبْتُ الكَلْبَ ثَلاَثَ ضَرَبَاتٍ)
3.   Untuk menjelaskan jenis/sifat perbuatan (جَلَسْتُ جِلْسَةَ العُلَمآءِ).
Macam-macam maf’ul muthlaq ada dua yaitu : Masdar Lafdzi (قَتَلْتُهُ قَتْلاً ) (Yaitu apabila lafadznya masdar cocok dengan lafadznya fi’il) dan Masdar Maknawi (جَلَسْتُ قُعُوْدًا)( Yaitu apabila masdar cocok dengan maknanya fi’il, namun tidak cocok dalam lafadznya).
Hukum maf’ul muthlaq yaitu :
1.      Wajib dibaca nashob.
2.      Wajib jatuh setelah amilnya jika untuk menguatkan.
3.      Amil Maf’ul Mutlaq boleh dibuang, jika maf’ul mutlaq tersebut menjelaskan jenis atau bilangannya dan juga ada qorinah yang menunjukkan amil tersebut.